Download novel enny arrow pdf






















Ulang tahun?! Arisan keluarga! Ah, kau banyak tanya. Seminggu lagi?! Aku tunggu kau! Sejurus kemudian, taksi pun melesat meninggalkan Benny yang masih saja mematung memandangi taksi itu.

Lalu Benny menstarter motornya. Sungguh, dia tak menyangka, malam ini akan bertemu dan berkenalan dengan Mbak Ning. Dan dia tak menyangka, bahwa perkenalan itu cepat menjadi rapat. Keduanya tersenyum-senyum kecil. Terbayang kembali, bagaimana mesranya bihir Mbak Ning menindih bibirnya.

Betapa hangatnya. Betapa lembutnya. Hampir saja Benny menubruk bus tingkat yang tiba-tiba saja berhenti. Untunglah naluri Benny cukup tajam untuk menghindari tubrukan itu.

Di tempat pekerjaannya, Benny tetap ingat. Ini menjadikan Benny banyak melamun. Nelly mengageti Benny. Benny tersentak. Hampir saja berhenti jantungnya. Nelly terkikik- kikik. Aku ganti saja sama hati monyet! Apa kau kira aku ini satu keluarga dengan monyet?!

Pasti Benny lagi kasmaran," ujar Oding. Apa yang dikatakan Oding memang hampir benar. Benny melamun. Dan Aningsih yang dilamunkan. Terbayang wajahnya. Terbayang gerak-geriknya. Terbayang tertawanya. Semua, semua. Dan Benny membandingkan Aningsih dengan perempuan-perempuan yang pernah dikenalnya. Dengan Hera, Yani, Dari dari banyak lagi wanita-wanita lain.

Namun Aningsih mempunyai daya tarik sendiri. Rasanya lama sekali sampai menunggu hari Rabu tiba. Menit demi menit yang berlalu, rasanya sangat lambat. Mereka duduk di ruang tengah rumah Aningsih. Pada jam sepuluh pagi, Akingsih belum mandi. Tetapi di mata Benny, bahkan Aningsih tampak lebih cantik dan menawan. Bersama teman, Mbak. Dan seorang pembantu! Benny mengitarkan pandangannya ke sekeliling ruang tengah. Hm, rapi. Pertanda rumah ini ditangani oleh orangorang yang apik.

Aku cuma dagang permata. Yah, hasilnya lumayan juga," kata Aningsih sambil berdiri dari duduknya. Mbak mandi dulu. Kalau mau baca-baca majalah, tuh du bupet. Kemudian keluar lagi dan melenggang ke kamar mandi. Aningsih melepaskan satu-satu yang melekat di tubuhnya. Hmm, air terasa sejuk ketika mengguyur tubuhnya yang mulus. Lalu tangannya yang lentik mulai menyabuni. Mulai dari leher, turun ke bahu, turun lagi ke sepasang pebukitan indah di dadanya.

Seluruh apa yang ada pada dirinya, merupakan panorama sangat indah yang akan mendatangkan kesan mendalam bagi yang memandangnya. Sambil menyabuni itu, Aningsih berpikir: "Benny benar-benar datang! Pemuda itu sangat menarik. Tubuhnya tegap dan atletis. Tubuh yang dirindukan oleh perempuan. Benny menutupkan majalah dan buru-buru ke kamar mandi. Pintu kamar mandi setengah terbuka.

Aningsih berdiri dengan handuk sebatas dadanya! Benny terkesiap. Hmm, dengan handuk itu, tubuh Aningsih tercetak indah. Terutama kulit bahu dan pahanya yang sangat mulus. Kencang dan sekal. Membuat mata Benny tidak berkedip. Aningsih tersenyum sambil menjentik pipi Benny. Apa ada yang aneh pada diriku?! Rayuan gombal! Tolong aku, ya. Sendal yang warna merah.

Brengsek, deh. Aku lupa pakai sendal ke kamar mandi. Suara yang membuat hati Benny panas dingin. Benny segera ke kamar Mbak, Ning, mengambil sendal merah. Tetapi baru saja mengenakan sebelah, tiba-tiba kaitan handuk Aningsih terlepas. Dan cepat sekali handuk itu meluncur ke bawah. Aningsih terkejut. Tetapi Aningsih sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Yang terlebih gawat adalah Benny. Jantungnya dirasakan bagai akan meledak.

Matanya membelalak. Dan Benny tidak nampu menguasai diri lagi. Ditubruknya Aningsih. Kau ini, Apa-apaan. Namun rontaan-rontaan itu terlalu lemah. Tidak mungkin mampu melepaskan diri dari pelukan Benny yang ketat.

Jangan, ah! Oukh, kamu ini. Lebih tepat dikatakan menggeliat. Kepala Aningsih menggeleyong ke kiri dan ke kanan. Menghindari bibir Benny yang mencari-cari bibirnya.

Benny tak sabar. Didorongnya tubuh Aningsih. Ditekankannya ke dinding kamar mandi, sehingga Aningsih tidak leluasa lagi bergerak. Dan sekejap kemudian, mulut Benny berhasil menangkap bibir Aningsih. Matanya segera meredup. Menerima pelukan dan kuluman bibir Benny yang hangat. Bahkan sekarang, Aningsih ikut membalas. Dijulurkannya lidahnya. Saling mendorong dengan bibir Benny. Matanya semakln redup. Lincah sekali lidah Aningsih mengait-ngait lidah Benny.

Mendapat sambutan yang hangat, darah muda Benny semakin membuncah. Menuntut pelepasan. Apalagi ditambah dengan sepasang payudara ranum milik Aningsth yang menekan dada Benny yang bidang!

Kalau aku mati, apa kau benarbenar mau ikut mati?! Demi Mbak!. Aningsih menggeliat- geliat. Lehernya menggeleyong-geleyong ke sana-ke mari. Sikap seorang perempuan yang penuh rangsangan. Aningsih tertawa kecil. Telapak tangannya sebentar mengeluas dan sebentar menekan belakang kepala Benny. Pijitan itu mendatangkan sakit. Tetapi juga nikmat.

Lelaki memang begitu. Suka bohong. Rayuannya gombal. Tetapi buktinya, nol! Nol kosong! Dan perempuan-perempuan banyak yang tertipu. Mereka akhirnya cuma bisa menangis dan menangis! Dan Benny merasakan sesuatu mengutik-utik di antara kedua pangkal pahanya, di balik celana panjangnya. Kau tidak boleh menyamaratakan semua lelaki! Apa betul kamu sungguh-sungguh mencintaiku?!

Dan kemudian melepaskan hemd lelaki itu. Hemd itu meluncur begitu saja, jatuh ke lantai kamar mandi yang basah. Seperti yang dibayangkan Akingsih, tubuh Benny sangat mengagumkan. Tubuh atletis. Bahunya tegap. Kedua lengannya kekar, berurat. Dan dadanya berbulu lebat. Berdesri darah Aningsih bilamana bulu-bulu dada yang keriting lebat itu bergesek ke dadanya.

Di sini. Segera didukungnya Aningsih ke luar dari kamar mandi. Mbok Inem, pembantu Aningsih sedang ke pasar. Benny meletakkan tubuh mulus yang sudah tidak ditutupi sehelai benangpun ke tempat tidur. Kemudian lelaki muda itu melepaskan celana panjangnya. Sambil berbaring. Aningsih menatap tubuh Benny yang aduhai itu.

Benny hanya mengenakan celana dalam kecil saja. Berwarna putih. Dan Aningsih menelan ludah. Di balik celana dalam itu, meremang hutan lebat menghitam. Terus menyambung sampai ke pusar Benny. Dan Aningsih sekali lagi menelan ludah. Mata Aningsih membelalak. Bagaimana tidak?! Sesuatu yang biasanya selalu tersembunyi itu, kini terpampang bebas.

Bazoka Benny! Senjata yang menggayut setengah tegang itu, panjang dan besar. Hebat sekali! Seakan-akan menantang bagi yang memandang. Benda luar biasa itu mengangguk-angguk. Seumur hidupnya, Aningsih belum pernah menyaksikan benda sehebat dan seindah itu. Tetapi secara jujur, Aningsih harus mengakui, bahwa lelaki seperti Benny sangat jarang ditemuinya. Lelaki bertemperamen panas. Lelaki-lelaki yang dihadapinya, kebanyakan loyo. Tidak dapat memberikan kepuasan padanya!

Aningsih membiarkan saja Benny meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan Benny meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan. Aningsih merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Oukh, telapak tangan Benny hangat dan seakan-akan mengandung magnit. Membuat Aningsih jadi terangsang. Tangan lelaki itu masih juga meremas.

Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli-geli dan nikmat. Benny memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulutnya.

Hidungnya menciumi permukaan payudara yang padat dan montok itu. Tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Bentuknya sangat indah. Membuat gemas. Cara Benny menciumi sepasang payudara itupun bervariasi.

Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Aningsih semakin deras saja! Kamu sering main perempuan! Baru beberapa kali saja. Dan perempuan itu menggelinjang-gelinjang, bilamana puting buah dadanya dikulum oleh Benny. Dan untuk kesekian kali, Aningsih harus mengakui, bahwa kuluman bibir Benny sangat berbeda dengan kuluman bibir lelaki-lelaki lainnya. Terus, Bennnn! Terussss, sayangghhh. Benny semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu.

Dikulum oleh Benny. Dilepaskan lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepaskan lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan- bosannya. Dan puting itu semakin tegang lagi. Benny melakukannya bervariasi. Sebentar lembut dan sebentar keras. Dan rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa. Teruskan, sayanghhh. Sssh ennnak, Bennnn!!!

Dan buah dada Aningsih semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih bilamana Benny menggeser- geserkan di antara gigigiginya. Dan napas Aningsih turun naik. Keras, dikit! Ya, ya.

Aukh, Bennnn! Kok enakkkh, sihhhh! Benny semakin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Lalu dijilatinya dengan bernafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu.

Lalu Benny mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu kembali ke pentil susu. Dibisapnya lagi. Dikulum-kulumnya Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Aningsih tak menentu mengerumasi rambut Benny yang tebal, sehingga rambut lelaki itu menjadi acak-acakan.

Lama Benny mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Benny tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Aningsih berbulu lebat.

Sesuai dengan selera Benny. Benny memang paling senang dengan perempuan-perempuan yang cantik yang ketiaknya berbulu lebat. Sesuai dengan pengalaman Benny, biasanya perempuan-perempuan itu bertemperamen panas.

Benny menciumi ketiak perempuan itu, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiaknya, menurun lagi sampai ke pinggangnya.

Demikian berulang-ulang. Benny bukan hanya sekali ini mendengar ucapan seperti itu. Ketika mencumbu ibu kostnya, Tante Dewi, Benny juga menerima ucapan-ucapan seperti itu. Di samping itu, Tante Dewi juga mengatakan, bahwa seumur hidupnya, dia takkan mampu melupakan Benny.

Permainan lidah Benny terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh Aningsih yang sensitip. Dijilatinya perut Aningsih yang licin dan langsing.

Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciuman Benny berulang- ulang. Sambil berbuat demikian, tangan Benny membelai-belai kedua paha Aningsih yang masih terkatup. Aningsih sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika Aningsih menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha Benny.

Aningsih menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Aningsih menurunkan tangannya. Digenggamnya batang zakar Benny yang aduhai. Benny yang sedang menciumi sedikit di bagian bawah pusar Aningsih tertahan-tahan napasnya. Aningsih merasakan benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Senang sekali menggenggam seperti itu.

Sementara itu. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuh Mbak. Seluruh tubuh Mbak! Kurang leluasa kalau Mbak menggengam punyaku begini! Meskipun Aningsih masih ingin menggenggam batang zakar yang luar biasa itu, terpaksa dilepaskan. Maka kini dengan leluasa melakukan aktifitasnya.

Benny menahan napas bilamana pandangannya ditujukan ke selangkangan Aningsih. Bagian itu gompyok ditutupi rambut yang tebal keriting. Rambut kemaluan Aningsih bukan main lebat dan ikal. Kata orang, semakin tebal rambut kemaluan perempuan akan semakin enak kalau digituin. Dan sekarang, secara jujur, Benny harus mengakui, bahwa dia belum pernah mendapatkan perempuan yang rambut kemaluannya setebal dan selebat Aningsih. Benny menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga Benny akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang, ke belahan daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu.

Tetapi Benny bukanlah type lelaki yang serba grasa-grusu. Dia tidak akan menggituin pereinpuan, sebelum lebih dulu memberikan kesan yang sangat mendalam. Apa aku ini aneh bagimu! Tetapi anumu, nih. Baru rambutnya saja sudah begini menggiurkan, apalagi kemaluanmu. Tentunya enak sekali. Senang sekali," Benny masih terus dengan mesra membelai-belai rambut kemaluan yang indah itu. Baru sekali ini.

Bahkan aku pernah menccipi punya perempuan yang botak! Aningsih tertawa kecil lagi sambil mengerumasi ramhut Benny. Perbuatlah apa saja yang kau sukai pada punyaku! Benny menggerai-geraikan rambut kemaluan yang tebal, panjang dan keriting itu. Lalu ditekan-tekannya. Lalu diciuminya. Kadang-kadang ditarik-tariknya.

Aningsih merasakan kemesraan amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Jari-jari tangan Benny bermain-main di pebukitan itu. Hmmh, mesranya! Benny menguakkan bibir-bibir kemaluan Aningsih. Hmm, tampak bagian dalamnya yang kemerahan.

Sangat indah menawan. Beginilah kiranya kemaluan perempuan. Dengan mesranya, Benny meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin. Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan. Benny memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah mengesankan itu. Ningsih memijit hidung Benny agak kuat.

Mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan! Tahulah dia, bahwa Aningsih sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal Benny masih ingin lebih lama memandangi. Vagina Aningsih rasanya lebih indah dari pada vagina-vagina perempuan lain yang pernah disaksikannya. Dengan mesra, jari-jari Benny menyentuhnya. Aningsih tergelinjang. Hmmh, Bennnnnnn!! Ss sh, akh! Jari Benny terus juga bermain. Mengutik-utik kelentit yang nyempil aduhai.

Benny menempatkan di antara kedua paha Aningsih yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada zakar. Lagi-lagi tangan Benny menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi Aningsih bergelinjang. Nikmatnya bukan main. Orang suka bilang, kelentit itu bisa berdiri. Benny senang sekali dan mengulangi perbuatannya berkali-kali. Sssh, akhh. Tingkah Benny saat itu, bagaikan kanak-kanak yang memperoleh permainan yang mengasyikan.

Permainan yang tidak ada dijual di toko. Semakin giat Benny menyentuhi sekerat daging kecil itu. Aningsih mengerumasi rambut Benny. Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir-bibir kemaluan yang ditumbuhi rambut itu, dikuakkan oleh Benny semakin lebar lagi.

Kedua kaki Aningsih kini telah niengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang selebar-lebarnya.

Terbebas sama sekali. Sedetik kemudian, Aningsih terpekik: "Awww. Rupanya Benny telah membenamkan hidungnya ke dalam belahan daging yang aduhai itu. Ssssh ennnakhhh, Bennn!! Maka hidung Benny mulal menggusur ke sana-ke mari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina Aningsih.

Kaki Aningsih menendang-nendang ke atas, merasakan kenikmatan tidak bertara. Benny terus dengan giatnya menciumi. Vagina Aningsih menyebarkan aroma yang segar merangsang! Teruskan, Ben! Ayo, lebih cepat. Hmmmh Bennnn! Terus, sayang. Terus, terus, akhhhh!! Mata Aningsih merem melek. Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Lehernya menggeleyong-geleyong.

Enny Arrow 08f75df4bec6dc9c4cf Amore E Liberta Masaniello.. Mar 16, - download firefox free download windows xpebook novel enny arrow king. Peter foreman. PAGES - Recent Posts. Solomons and fryhle organic chemistry 11th edition, Download Ebook Enny Arrow Pdf 11 - reitickfe.

Mar 16, - peter foreman. List of ebooks and manuels E Book Enny Jul 14, — pdf suite crack ver mujeres de 15 anos vagina pelida. Gairah dan cinta enny arrow. Sebelum penulis lupa How To Enny arrow hari kelabu pdf 27 goliyon ki raasleela ramleela 4. Pdf split Gairah dan cinta enny arrow pdf download 2ebee6a amore e liberta masaniello.. Download Enny arrow madu racun pdf files - TraDownload Here you can find enny Download gairah dan cinta enny arrow pdf - libri download ita pdf - That is why Wysong has developed the range of formulations it has and puts them in small..

Download gairah dan cinta enny arrow pdf - libri download ita pdf Jul 24, — bcadf1 enny arrow pdfFree PDF ebooks user's guide, manuals, Pdf Novel Enny Arrow - potenttours enny arrow - kutak kutik asmara. Click here to get file. Star the clone Livros de psiquiatria em pdf download. This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are as essential for the working of basic functionalities of the website.

We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.

Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website.

These cookies do not store any personal information. This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Privacy Overview This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Privacy Overview. Necessary Always Enabled.



0コメント

  • 1000 / 1000